KEKURANGANKU

 

“Kamu kayaknya tukang PHP (pemberi harapan palsu)!”

“Kamu sepertinya playgirl

 “Kamu orangnya terlalu baik”

 “Kamu sombong”

Dan banyak lagi berbagai macam jawaban mereka terhadap saya.

Beberapa hari yang lalu saya mencoba menanyakan kepada beberapa teman seberapa buruknya saya dimata mereka. “Apa 3 sifat/kebiasaan/perilaku buruk yang kamu ketahui tentang saya?” itulah pertanyaannya.  Mereka tentu terkejut, karena tak biasanya saya bertanya hal seperti itu. Enggan menjawab, pastinya. Berbeda dengan menyebutkan keburukan orang lain dibelakang yang tentunya sangat detail, kali ini saya sendirilah yang meminta mereka membicarakan keburukan saya secara langsung. Diperlukan bujukan ekstra agar mereka menjawab pertanyaan absurd ini dan saya berusaha mengajak mereka untuk jujur dengan jawaban yang akan diberikan, tanpa menggiring opini.

Jadi apa sebenarnya tujuan dari pertanyaan konyol ini? saya hanya ingin mengetahui sifat bahkan kepribadian saya dari sudut pandang mereka tentunya. Sesederhana itu. Sifat yang dimaksud adalah karakteristik spesifik dalam diri seseorang dan ketika dikombinasikan menjadi pribadi unik dan membentuk identitas. Hans Eysenck, seorang psikolog dan pendiri Departemen Psikologi Klinis Universitas London menyebutkan bahwa kepribadian adalah reaksi terhadap situasi tertentu yang penilaiannya sampai pada apakah seseorang termasuk kedalam konservatif ataukah radikal, lebih ekstrovert dari pada introvert, agresif atau halus, toleran, dan lain sebagainya.

    Pertanyaan yang sama diberikan namun para volunteer terbagi dalam 4 kategori; teman satu kosan, teman satu geng, teman dalam organisasi, teman yang hanya bertemu didalam kelas, dan teman yang lebih banyak bertemu via online (media sosial). Berikut jawaban dari mereka.

 

Kategori 1 (Jawaban teman satu kosan) :

A: “Kurang percaya diri, didalam otakmu terlalu banyak hal, sampai tak bisa fokus di satu titik, imajinasi tinggi dan tidak mengakui bakat-bakat terpendam”

B: “Lalot, pelupa, pusing-pusing”

C : “Lalot, malas gerak”

 

Kategori 2 (Jawaban teman 1 geng) :

D : “Lemot, tukang tidur, terlalu baik”

E : “Nekat, selalu berdiri pada pilihan pertama, pelupa jalan, tidak enakan ke orang, tertutup”

F : “Pelupa; selalu lupa dengan hal-hal yang sepele, mungkin karena terlalu kritis sampai-sampai hal-hal kecil dilupakan”

 

Kategori 3 (Jawaban teman dalam organisasi) :

G : “Terlalu rendah hati, tidak ingin menonjol (kadang hanya menjadi pemain dibelakang layar), mudah bergaul dengan siapa saja (bisa menjadi teman untuk semua) namun kadang masih sulit dikenal dengan baik”

H : “Kadang terlalu banyak mendengar masukan sehingga banyak pertimbangan, kadang jadi pemalu, kadang menghilang tiba-tiba (sering)”

I : “Loyalitas (ada pertimbangan sesuatu dan lain hal), susah diajak nongkrong (kalaupun bisa paling hanya sebentar dan itupun saat kamu sedang tidak ada tujuan, masalah waktu”

 

Kategori 4 (Jawaban teman yang hanya bertemu didalam kelas) :

J : “Kadang senyum, suka menyendiri (padahal banyak teman)”

K : “Jujur, tidak tahu apa kekuranganmu karena kita jarang bersama-sama. Tapi kamu baik, friendly, kritis.”

L : “Kekuranganmu tidak tampak dipermukaan”

 

Kategori 5 (Jawaban teman yang lebih banyak saling menyapa via online) :

M : “Kamu sedikit sombong, lama balas chat

N :  “Sepertinya tukang PHP, sepertinya sedikit lalot dan sepertinya playgirl (maaf jawabannya memakai ‘sepertinya’ karena belum terlalu tahu tentang kamu”

O : “Tidak tahu, belum terlalu tahu, setahu saya hanya 2 itu”

P : “Nanti kesannya ambigu. Jujur, aku belum terlalu kenal dekat denganmu, jadi secara tidak langsung kurang ada pendalaman”

 

Dari sekian banyak yang diberi pertanyaan, hanya 16 orang yang menjawab. Setelah mendapatkan jawaban mereka, selanjutnya apa? Pertama, saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban mereka tidak ada yang salah, bahkan benar adanya. Kedua, rata-rata dari mereka (dalam kategori yang sama) memiliki persamaan jawaban atau maksud. Ketiga, saya mempunya 4 sisi berbeda saat menghadapi kemajemukan lingkungan sosial (karena eksperimennya hanya menggunakan 4 kategori berbeda, tetapi jika diperlebar lagi mungkin sisi-sisi lainnya akan muncul).

Apabila saya bertanya mengenai kelebihan saya, kemungkinan mereka dalam semua kategori memiliki jawaban yang sama, karena kelebihan setiap orang lebih mudah ditunjukkan ketimbang kekurangannya bukan? beda halnya jika pertanyan yang diajukan adalah ‘kekurangan’. Selain para volunteer sedikit tak nyaman dalam menjawabannya karena mereka memikirkan apakah jawaban yang mereka berikan akan menyakiti penanya atau tidak, mereka juga tak ingin relasi antara kami menjadi renggang akibat jawaban ini. Saya sama sekali tidak menyalahkan jawaban mereka. Jawaban yang diberikan menggambarkan sikap saya terhadap mereka selama ini. Mereka yang lebih dekat tentunya lebih tahu kekurangan saya ketimbang mereka yang hanya bertemu saat kelas di kampus atau hanya sekedar saling menyapa di media sosial.

Max Scheler, seorang filsuf Jerman berpendapat bahwa dalam dunia yang terbuka, manusia tidak memiliki insting yang terbatas layaknya hewan sehingga mempunyai kemampuan untuk mengambil jarak terhadap sesuatu dan bisa membedakan antara obyek dan subyek. Simpelnya, manusia dapat memilih ataupun menolak pada dunia yang terbuka. Perumpamaan sederhana yang saya gunakan dengan memakai tameng. Saya menggunakannya belapis-lapis untuk menghadapi seseorang yang belum dikenal, dan cinderung membuka satu persatu saat semakin dekat. Jika ditilik lagi, dari jawaban teman dalam kategori 5 menunjukan saya adalah orang yang cuek, terkesan tidak peduli, dingin. Padahal sebenarnya saya hanya memakai perlindungan berlapis agar terlihat lebih tangguh saja. Hahaha! Begitu pula dalam jawaban teman di kategori 4, saya memposisikan diri sebagai seorang yang pendiam, tak pandai bergaul, introvert, dimana sebenarnya saya sedang mencari kenyamanan dengan diri sendiri dan berusaha mencari orang-orang dengan frekuensi yang sama.

‘Frekuensi yang sama’ inilah yang disebut Umwelt oleh Von Uexkhul, biolog yang hidup pada tahun 1894-1994, menyimpulkan bahwa binatang mempunyai dunia khusus, demikian pula manusia. Hanya saja manusia dapat membedakan Umwelt-nya sendiri dengan dunia sekeliling. Kategori 3, karena kami mempunyai persamaan minat. Mempunyai frekuensi yang sama, bergabung dalam organisasi. Penjawab diatas berasal dari organisasi yang berbeda-beda, namun jawaban mereka mirip. Wait, organisasi yang berbeda-beda? Benar, saya bergabung dalam beberapa organisasi. Masih belum paham? Saya menyukai multi genre. Seperti musik, saya menyukai pop, country, blues, jazz dan klasik. Sebagai penggemar berat serial Once Upon A Time tetapi tergila-gila dengan drama korea. Gemar Disney but pengagum Barbie. Sama halnya dengan pelajaran; menyukai biologi, psikologi, sejarah, ekonomi, politik dan seni. Tidak mungkin memaksa teman kalian untuk menyukai semua hal yang kamu sukai bukan? Itulah sebabnya saya mencari banyak teman dengan mengikuti berbagai organisasi dan perkumpulan yang sesuai dengan Umwelt saya.

Setuju dengan Ortega Y Gazet, filsuf Spanyol tahun 1883-1955 yang mengatakan bahwa memiliki kemampuan untuk merenungkan diri itulah yang membuat ia menjadi manusia. Maksudnya, manusia dapat memutuskan hubungan dengan sekelilingnya, merenungkan apa yang telah dan yang akan diperbuat. Ia dapat meneliti batinnya dan dapat beralih haluan. Ini sangat terhubung pada dua kategori selanjutnya, dimana mereka termasuk kedalam orang-orang yang paling dekat.

Masuk pada kategori 2, mencari kenyamanan saat bersama mereka; terlepas dari topik pembahasan yang mengganggumu, pergi ke restaurant yang kau sendiri alergi terhadap makanannya, menonton film yang bukan genremu, pergi ke tempat yang tidak terlalu kau sukai dan lain sebagainya. Unsur kepuasan diri tidak sepenting kategori sebelumnya, yang jelas merasa senang dan puas saat berkumpul bersama mereka. Namun satu notice untuk pembaca, hindarilah pertemanan yang toxic. Seperti kata Ortega, hal spesial manusia adalah dapat meneliti batin (perasaan nyaman atau malah tertekan) dan dapat beralih haluan seandainya merasa tidak cocok. Senang saat berkumpul dan menduakan kepuasan diri bukan berarti selalu mengesampingkan bahkan menghilangkan ego sebagai manusia dan bersikap rendah diri dalam lingkaran pertemanan. Apa yang saya maksudkan diatas adalah saat dimana mengalah untuk kebersamaan, dan bukan mengalah secara terus menerus. Tentunya banyak benefit yang akan kalian dapatkan apabila memiliki lingkaran pertemanan yang sehat.

Kategori 1, yang biasa disebut teman semakan setidur. Sudah jelas, bahwa pada kategori ini setidaknya 50% watak asli akan keluar mengikuti alur perputaran waktu. Perhatikan, kita tidak membahas seberapa banyak rahasia yang dipegang oleh mereka di kategori pertama, melainkan kepribadian/sifat. Mengapa saya hanya menyebutkan 50% saja? Sisanya? Sedikitnya 50% lainnya adalah sifat yang dipertahankan seseorang dan akan dikeluarkan saat berinteraksi dengan keluarganya. Tidak heran, watak saat bertemu dengan teman-teman di kosan walaupun bertahun-tahun akan berbeda pada saat bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Contohnya saya sendiri, yang mempunyai ‘sisi berbeda lainnya’ saat bersama keluarga, bahkan ada yang berbeda jauh (solah-olah bukan saya) dari jawaban yang diberikan oleh mereka di kategori pertama.

Itulah pembahasan singkat mengenai ‘kekuranganku’ yang masih sangat dasar ini. Kebanyakan orang meminta orang lain untuk dipahami, akan tetapi tidak mengerti arti memahami. It’s too weird saat manusia minta dimengerti sementara ia bimbang dengan hidupnya. Terima kasih pada teman-teman yang telah membantu, kalian sangat berharga! Semoga kalian yang membaca tulisan ini dapat mengambil sisi positifnya dan lebih memahami diri kalian sendiri. Don’t forget to love yourself!

Komentar

  1. Beberapa perasaan muncul saat membaca 'kekuranganku', sekaligus memposisikan diri sebagai penulis yg berada di beberapa kelompok sosial/pertemanan.. nice
    Semangat menulis 💕

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI LAUT YANG MENGUDARA

IKO GERGANTANG, MANYASAL KABLAKANG